Salam ta'zim,
sobat muda-mudi, permainan setatak di kalangan anak-anak dan muda-mudi daerah melayu Riau sudah tak asing lagi.
Dulu permainan outdoor dengan alam bebas ini mejadi trend di kalangan anak muda, namum sayangnya, seiring perkembangan zaman dan teknologi baru dalam permainan, permainan ini sudah mulai jarang pula dijumpai baik di Pekanbaru sendiri, mungkin di beberapa daerah Riau yang lain masih dapat kita jumpai.
Anak-anak sekarang sudah mulai malas dan jarang untuk keluar rumah bermain bersama teman-teman. Bermain bersama merupakan bentuk aktifitas kreatif dan menumbuhkan rasa sosial.
Nah, kali ini saya akan mengulas mengenai permainan traditional Setatak khas daerah Riau
Menurut keterangan yang diperoleh, bahwa permainan tersebut bernama “dore” tidak disebut “setatak” seperti sekarang, kemudiannya ada pula yang menyebut dengan bermain “jengket” mungkin karena memainkannya dengan berjengket-jengket atau berjingkat. Tetapi baik bentuk maupun aturan permainannya kurang lebih sama. Mengenai asal usul permainan setatak ini tak dapat dijelaskan secara pasti. Mengapa asalnya bernama dore, kemudian berubah menjadi setatak, atau kapan perubahan itu terjadi, semuanya tidak diketahui dengan pasti.
Diperkirakan, main setatak mulai tumbuh dan berkembang di daerah ini sekitar tahun 1930-an. Permainan ini menjadi berkembang betul sekitar tahun 1950-an, saat main setatak dimainkan di sekolah-sekolah. Sayangnya sekarang permainan ini sudah jarang dimainkan
Waktu dan tempat permainan
Setatak merupakan permainan hiburan anak-anak dalam lingkungan masyarakat pendukungnya, sebagai menyalurkan keinginan dan kesukaan anak-anak dalam bermain yang dapat melatih kecergasan. Permainan ini dimainkan biasanya pada sore hari di pekarangan rumah antara 1 sampai 2 jam lamanya.
Peralatan dan perlengkapan permainan
Adalah sebuah lapangan yang tidak terlalu besar, cukuplah sekiranya dapat dibuatkan untuk medan bermain saja. Kemudiannya secara gotong-royong membuat garis-garis tertentu di tanah lapang tersebut untuk bermain. Lalu membuat atau menggunakan “Ucak” atau “Gacuk” sebagai penikam.
Penikam setatak atau disebut ucak atau gacuk ini biasanya dibuat sendiri oleh anak-anak, dengan mengasah dan membulatkan pecahan piring, pecahan tempayan atau batu yang berbentuk leper atau pipih. Dibuat sedemikian rupa hingga kelihatan cantik, dan tidak membahayakan si pemegangnya, gacuk dibuat kira-kira sebesar 22/7 x 6 cm.
Jalannya permainan
Cara pemakaiannya.
Lapangan
* Melewati lapangan permainan setatak dengan cara melompat, berjingkat, dan meloncat sebelah kaki dan tangan tak boleh menyentuh garis setatak.
* Melewati lapangan dari no. 1 s/d 9 disebut naik, kemudian dari no. 9 s/d 1 disebut turun.
* Petak yang ada gacuk, baik milik sendiri maupun milik lawan, tak boleh diinjak. Petak tersebut harus dilompati, atau dilangkahi saja.
* Sehabis satu ronde, atau putaran permainan, pemain mengambil “bintang”. Petak yang sudah dibubuhi bintang, boleh diinjak dua kaki bagi yang memilikinya, dan tak boleh disentuh lagi oleh pihak lawan.
Gacuk (ucak)
* Gacuk dipegang dengan jari kelingking dan jari tengah, ditopang oleh telunjuk, kemudian dihimpit dengan jari induk. Supaya jalan gacuk terarah, ia dilempar dengan putaran keluar mengikuti arah jarum jam.
* Sebelum memulai bermain, ucak diletakkan pada petak (1) semua. Petak yang berisi gacuk lawan, boleh kita tikam juga.
* Waktu mengambil bintang, ucak dilempar ke belakang badan menuju petak bintang yakni : 6,7,8,9,5,4,3,2,1, dan tempat bintang.
Sebelum permainan dimulai, semua pelaku mencari urutan pembawa dengan melakukan “sut”. Yang menang, menurut urutan pemenang sutnya membawa permainan setatak. Secara bergilir, sesudah lawan terdahulu selesai ambil bintang, ataupun ia mati dalan perjalanan.
Urutan permainan :
1. Gacuk tikam pada petak (1), loncat sebelah kaki.
* Naik : petak (1) yang berisi ucak dilangkahi, loncat ke petak(2), turun dua kaki pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (5), loncat ke petak (6), loncat ke petak (7), loncat ke petak (8), dan turun dua kaki pada petak (9).
* Turun : dari petak (9), loncat ke petak (5), turun dua kaki pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (2), dan dari sini mengambil ucak di petak (1), kemudian petak (4) dilangkahi, terus turun.
2. Gacuk tikam pada petak (2), loncat sebelah kaki.
* Naik : jika pada petak (1) masih ada gacuk lawan, loncat melangkah petak (1) dan (2), turun dua kaki pada petak (3) dan (4), loncat ke petak (8), dan turun dua kaki pada petak (9).
* Turun : dari petak (9) loncat ke petak (5), turun dua kaki ke petak (3) dan (4). Dari sini ambil ucak di petak (2) dan jika di petak (1) masih ada ucak lawan, langsung melangkahi petak (2) dan (1), dan turun
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.