Thursday, March 11, 2010

Tradisi Makan Sirih (Tepak Sirih) Dalam Adat Melayu (Bahagian 3 - Selesai)

Postingan saya sebelumnya Tradisi Makan Sirih bag. 2  kita membahas mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk perangkat adat sekapur sirih lengkap dengan makna yang terkandungnya. Tradisi kapur-sirih merupakan bahagian dari rangkaian, upacara, dan acara resmi  adat melayu. Dan pada postingan terakhir saya mengenai alat adat istiadat melayu ini , saya akan kembali menyimpulkan apa yang kita bahas pada rubrik sebelumnya




1. Tepak sirih adalah seperangkat wadah berbentuk cembul untuk menyimpan racikan sirih dan merupakan salah satu syarat untuk dibawa pada saat upacara adat di beberapa daerah, khususnya untuk upacara perkawinan.

2. Cembul adalah tempat untuk komponen sirih berbentuk seperti mangkokyang memiliki tutup, biasanya terbuat dari perunggu, atau perak dan bahkan ada pula yang terbuat dari emas tetapi ada juga yang terbuat dari kuningan berukir.

3. Bekas sirih adalah tempat daun sirih yang belum diracik, ditata sedemikian hingga, agar menarik dipandang dan atau indah saat disanding dengan cembul-cembul.

4. Kacip adalah alat pemotong untuk meracik daun-daun sirih, pinang dan gambir

5. Gobek adalah alat penghancur sirih dan biasanya digunakan oleh ninik yang sudah tidak memiliki gigi. berbentuk tabung dilengkapi penumbuk (anak gobek)

6. Ketur adalah tempat untuk membuang air liur hasil nyirih, berbentuk seperti labu berkeluk-keluk dan permukaan atasnya sedikit melebar, biasanya terbuat dari tembaga yang berbobot bagian bawahnya agar kokoh pada saat diletakkan.
Masyarakat Melayu memang terkenal dengan sifat sopan santun, berbudi bahasa serta penuh dengan adat budaya dalam menjalani kehidupan seharian. Begitulah keadaanya dalam adat bersirih, setiap bahan yang terkandung mempunyai pengertian dan membawakan maksud tertentu.


Sirih
Dimengertikan sifatnya yang merendah diri dan sentiasa memuliakan orang lain, sedangkan dirinya sendiri adalah bersifat pemberi. Ini disebabkan dengan sifat memanjat pohon sirih di atas junjung atau pokok sakat atau juga pokok api-api yang digemairnya dan dalam masa yang sama tidak merosakkan junjung itu.


Kapur
Kapur melambangkan hati yang putih bersih serta tulus, tetapi jika keadaan memaksa, ia akan berubah menjadi lebih agresif dan marah. Kapur diperoleh dari hasil pemrosesan cangkang kerang atau pembakaran batu kapur. Secara fisik, warnanya putih bersih, tetapi reaksi kimianya bisa menghancurkan.


Gambir
Gambir memiliki rasa sedikit pahit, melambangkan kecekalan/keteguhan hati. Makna ini diperoleh dari warna daun gambir yang kekuning-kuningan serta memerlukan suatu pemrosesan tertentu untuk memperoleh sarinya, sebelum bisa dimakan bersama sirih. Dimaknai bahwa sebelum mencapai sesuatu, kita harus sabar melakukan proses untuk mencapainya.


Pinang
Pinang merupakan lambang keturunan orang yang baik budi pekerti, jujur, serta memiliki derajat tinggi. Bersedia melakukan suatu pekerjaan dengan hati terbuka dan bersungguh-sungguh. Makna ini ditarik dari sifat pohon pinang yang tinggi lurus ke atas serta mempunyai buah yang lebat dalam setandan.

Tembakau
melambangkan hati yang tabah dan bersedia berkorban dalam segala hal. Ini karena daun tembakau memiliki rasa yang pahit dan memabukkan bila diiris halus sebagai tembakau, dan tahan lama disimpan.
Diujung postingan perkenankan penulis menerpa hati sahabat dengan syair-syair bawaan


Sirih junjung sirih pinang
Sirih kami susun bertingkat
Adat dijunjung pusaka dikenang
Bangsa berbudi hidup muafakat

Sirih junjung sirih pinang
Sirih kuning diberi nama
Adat dijunjung pusaka dikenang
Hidup berbudi muafakat bersama

Sirih kuning sirih dara
Sirih tanya berserta cincin
Hidup beradat aman sejahtera
Budaya lama tetap terjamin

Sirih kuning diberi nama
Sirih tanya berserta cincin
Hidup berunding muafakat bersama
Bangsa mulia budaya dijamin

Orang Jawa turun ke dusun
Singgah sejenak di pinggir kota
Kami bawa sirih tersusun
Sudilah sepiak pembuka kata

2

Bumi Melaka begitu mewah
Dagang dan santri menjadi meriah
Banua Keling datang berhebah
Sirih pinang buat persembah

Sultan Iskandar Sultan Melaka
Abad empatbelas kisah bermula
Oleh datang bersama bahtera
Adat resam menjadi gempita

Makan sirih di dalam puan
Puan datang dari Deli
Melayu, Cina, Keling juga Pagan
Sirih junjung jadi penyeri

Budaya Melayu terkenal sudah
Istana dan rakyat begitu terserlah
Sejak dahulu adat bersirih tiada gundah
Hingga kini jadi pengkisah

Sirih adat sirih dijunjung
Buat pengubat oleh si Dukun
Semuga ia jadi penyanjung
Kepada rakyat turun temurun

Gadis Acheh berhati gundah
Menanti teruna menghulur tepak
Gula manis sirih menyembah
Adat dijunjung dipinggir tidak

3

Makan sirih berpinang tidak,
Pinang ada di bawah tangga;
Makan sirih mengenyang tidak,
Kerana budi dan bahasa.

Kain bersuji di atas atap,
Sudah dikelim baru dipakai;
Kalau sudi tuanku santap,
Sirihnya kering pinangnya kotai.

Ada sirih ada pinang,
Nanti gambir dengan kapur;
Sudah dipilih sudah dipinang,
Hanya menanti ijab kabul.

Ambil buluh di rumpun jering,
Jering bersanggit dibatang pinang;
Kalau jalak lawan biring,
Belum tentu kalah menang.

Apa guna pokok pinang,
Daun hijau kuning padi;
Apa diingat apa dikenang,
Gunung dikejar takkan lari.

Bangun tidur lalu berenang,
Naik rakit batang pinang;
Habis tali sambung benang,
Kumbang terbang bukan senang.

Hujan reda ribut berdengung,
Tanam pinang di kaki tangga;
Jangan dinda duduk termenung,
Sapu tangan pengganti kanda.

4

Cak royak makan sirih,
Sirih ada dalam padi;
Rupa elok tak payah pilih,
Ikut suka dalam hati.

Dari dulu pinang seribu,
Hingga sekarang pinang sebatang;
Dari dulu pengajar ibu,
Hingga sekarang pengajar datang.

Dari dulu pinang seribu,
Baru sekarang pinang sekati;
Dari dulu ditimang ibu,
Baru sekarang menimbang diri.

Datuk Perdana mengupas upih,
Limau manis dalam cerana;
Saya laksana kertas putih,
Boleh ditulis sebarang warna.

Daun lebat beribu-ribu,
Tindih-menindih batang pinang;
Cari akal dengan tipu,
Tembak seperti peluru petunang.

Hati-hati pinang rasa,
Pinang muda makan pipit;
Sampai hati meninggal saudara,
Tidak mengenang barang sedikit.

Tanam pinang rapat-rapat,
Biar senang puyuh berlari;
Kalau dipinang-pinang tak dapat,
Pujuk-pujuk ku bawa lari.


sumber referensi : http://melayuonline.com
penulis : Mahyudin Al Mudra


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kris Hadiawan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger