Tidak banyak catatan hidup tentang komponis besar ini, Supratman mendapat pendidikan musik dari kakaknya yang di Makassar. Ketika masih bayi Supratman bersama keluarganya pindah ke Tangsi Messter Cornelis Jatinegara dan bersekolah atas diusahakannya tunjangan orang tuanya yang pernah menjadi KNIL. Surat keterangan lahirnya akhirnya dibuat dan diberi nama Wage Supratman.
Setelah ibunya meninggal Supratman mengikuti kakaknya yang menikah dengan seorang tentara KNIL –Koninklijk Nederlands Indisch Leger– ke Makassar. Di sana ia meneruskan sekolahnya di Normaal School hingga selesai, dan untuk keperluan administratif namanya menjadi Wage Rudolf Supratman. Selama di Makassar Supratman diajari musik dan biola oleh kakaknya hingga benar-benar tertarik dengan musik, selain juga senang dalam bidang sastra. Rasa tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda pernah dituangkannya dalam bukunya yang berjudul “Perawan Desa”. Buku yang mengandung nilai-nilai nasionalisme Indonesia dan menyinggung pemerintahan Belanda itu akhirnya disita dan dilarang beredar.
Selepas bekerja di Makassar bidang jurnalistik membawa dirinya dalam gejolak pergerakan Indonesia, karena minatnya ini Supratman memutuskan pindah ke Bandung dan bekerja sebagai pembantu di harian Kaoem Moeda. Setahun kemudian berpindah ke harian Kaum Kita, sebagai pimpinan redaksi. Pekerjaan tersebut tetap dilakukannya sewaktu ia pindah kembali ke Jakarta sebagai wartawan Sin-Po, harian Tionghoa-Melayu. Di Jakarta itulah, ia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan, hingga ia mulai menulis lagu.
Pada tahun 1924 Supratman menulis lagu Indonesia Raya atas anjuran dari H. Agus Salim yang ditulis di harian Fajar Asia agar komponis Indonesia membuat lagu kebangsaan. Dengan biolanya lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan pada penutupan acara Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 di Jakarta. Selain lagu kebangsaan tersebut ia menciptakan lagu lain yang tak asing bagi kita, seperti “Ibu Kita Kartini”, “Di Timur Matahari” dan “Bendera Kita”.
Sayang sejuta sayang, Supratman tak sempat menikmati dentuman proklamasi dan gaungnya lagu Indonesia Raya, ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 1938.
Lirik asli lagu Indonesia Raya
Indonesia Raja
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru
“Indonesia bersatu.”
Hiduplah tanahku,
Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, se’mwanya.
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raja.
CHORUS:
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku jang kutjinta.
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raja.
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku jang kutjinta.
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raja.
Indonesia! Tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya.
Disanalah aku berada
Untuk slamalamanya.
Indonesia, Tanah pusaka,
Psaka Kita semuanya.
Marilah kita mendoa,
“Indonesia bahagia!”
Suburlah Tanahnja,
Suburlah jiwanja,
Bansanya, Rakyatnya semuanja.
Sadarlah hatinja,
Sadarlah budinja
Untuk Indonesia Raja.
CHORUS
Indonesia! Tanah yang sutji,
Tanah kita yang sakti.
Disanalah aku berdiri
Ndjaga ibu sedjati.
Indonesia! Tanah berseri,
Tanah yung aku sayangi.
Marilah kita berjanji:
“Indonesia abadi!”
Slamatlah Rakyatnja,
Slamatlah putranja,
Pulaunya, lautnya semuanja.
Majulah Negrinja,
Majulah Pandunja
Untuk Indonesia Raja.
CHORUS
Pada tahun 1924 Supratman menulis lagu Indonesia Raya atas anjuran dari H. Agus Salim yang ditulis di harian Fajar Asia agar komponis Indonesia membuat lagu kebangsaan. Dengan biolanya lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan pada penutupan acara Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 di Jakarta. Selain lagu kebangsaan tersebut ia menciptakan lagu lain yang tak asing bagi kita, seperti “Ibu Kita Kartini”, “Di Timur Matahari” dan “Bendera Kita”.
Sayang sejuta sayang, Supratman tak sempat menikmati dentuman proklamasi dan gaungnya lagu Indonesia Raya, ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 1938.
Lirik asli lagu Indonesia Raya
Indonesia Raja
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru
“Indonesia bersatu.”
Hiduplah tanahku,
Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, se’mwanya.
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raja.
CHORUS:
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku jang kutjinta.
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raja.
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku jang kutjinta.
Indonesia Raja, Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raja.
Indonesia! Tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya.
Disanalah aku berada
Untuk slamalamanya.
Indonesia, Tanah pusaka,
Psaka Kita semuanya.
Marilah kita mendoa,
“Indonesia bahagia!”
Suburlah Tanahnja,
Suburlah jiwanja,
Bansanya, Rakyatnya semuanja.
Sadarlah hatinja,
Sadarlah budinja
Untuk Indonesia Raja.
CHORUS
Indonesia! Tanah yang sutji,
Tanah kita yang sakti.
Disanalah aku berdiri
Ndjaga ibu sedjati.
Indonesia! Tanah berseri,
Tanah yung aku sayangi.
Marilah kita berjanji:
“Indonesia abadi!”
Slamatlah Rakyatnja,
Slamatlah putranja,
Pulaunya, lautnya semuanja.
Majulah Negrinja,
Majulah Pandunja
Untuk Indonesia Raja.
CHORUS
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.