Wednesday, June 17, 2009

Masjid Raya Nur-Alam Pekanbaru, Kawasan Pusat Budaya Melayu dan Kegiatan Islam

Awalnya...


Adalah sebuah bangunan masjid megah yang didominasi warna kuning ditepi sungai Siak, di daerah kecamatan Senapelan. Masjid Raya Pekanbaru sejak lama menjadi tempat sentral masyarakat Riau dalam mengomunikasikan berbagai macam hal. Isu-isu sosial, budaya, bahkan politik yang berseliweran di tengah masyarakat acap kali dibincangkan di sini. Ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan masjid bagi masyarakat Muslim Melayu di Riau.


Penilaian itu disampaikan Marhalim Zaini, budayawan asal Riau, terkait dengan fungsi sosial dan budaya masjid tersebut. Kenyataan bahwa Masjid Raya Pekanbaru selalu ramai dikunjungi jamaah dari berbagai daerah sepertinya tidak menampik apa yang dikatakan Marhalim.
Dalam masyarakat Melayu, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah. Tetapi, juga tempat memelihara kebudayaan dan melanggengkan hubungan-hubungan sosial kemasyarakatan.

Kuatnya peran sosial dan budaya Masjid Raya Pekanbaru itu dapat dirunut melalui perjalanan sejarahnya. Dengan mencermati aspek historisnya, tampak nilai-nilai budaya dan agama berbaur dalam satu bangunan. Nilai-nilai itu pun masih dipertahankan hingga sekarang.


Bangunan tempat ibadah kaum muslimin seluas 60 X 80 meter itu dikenal dengan nama Masjid Raya Nur Alam. Sejarah nama Masjid Raya Nur Alam yang juga dijuluki Masjid Alam ini, diambil dari nama kecil Sultan Alamudin yaitu Raja Alam.
Dimana upacara menaiki bangunan ini dilakukan pada salat Jum'at yang dipimpin oleh menantu Sultan Alamudin yaitu Imam Syaid Oesman Syahabuddin, menantu Sultan Alamuddin, ulama besar kerajaan Siak.Bangunan Masjid bersejarah itu terlihat masih berdiri kokoh di sudut kota Pekanbaru.


Sejarah rilisan takmir masjid ini, pada tahun 1762 Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahan kerajaan Siak Sri Indrapura dari Mempura Besar ke Bukit Senapelan. Bukit Senapelan selanjutnya dikenal sebagai Kampung Bukit. Dalam tradisi melayu, sebuah istana kerajaan hendaknya dibangun bersama balai rapat dan masjid. Prasyarat tradisi itu merupakan perwujudan dari filosofi melayu, Tali Berpilin Tiga dimana dasar sebuah tatanan kehidupan masyarakat melayu adalah adanya unsur pemerintah, adat dan agama yang saling mendukung.
Di mana pun komunitas Muslim Melayu berada, wajib hukumnya menjunjung tiga elemen penting dalam dinamika hidupnya, yaitu pemerintahan, agama, dan adat istiadat. Menurut sejarah, pembangunan Masjid Pekanbaru diawali dengan perpindahan pusat pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dari Mempura Besar ke Bukit Senapelan (sekarang disebut Kampung Bukit).



Secara bentuk, bangunan Masjid Raya Pekanbaru telah mengalami berbagai perubahan. Sebelum sebesar ini, awalnya masjid hanya berukuran kecil dan terbuat dari kayu, menurut Dadang, salah satu pengurus masjid. Arsitektur bangun masjid ini masih asli. Masjid ini hanya mengalami pelebaran saja, mengingat umat muslim yang beribadah di masjid ini ini terus bertambah.Ide memperluas masjid muncul ketika sebuah pasar yang dibangun oleh Sultan Muhammad Ali berkembang pesat. Para pedagang dari Semenanjung Malaka dan Johor serta daerah-daerah sekitarnya ramai berdatangan ke pasar itu. Jadilah ia salah satu pusat perekonomian terpenting di Sumatra.


Pada tahun 1775, perluasan masjid dimulai dan selesai pada tahun yang sama, tepatnya pada awal bulan Ramadhan. Konon, dalam upacara 'menaiki' masjid yang baru direnovasi itu, masyarakat meramaikannya dengan ritual Petang Megang. Yaitu, ritual mandi di sungai untuk menyucikan diri menyambut datangnya Bulan Ramadhan.

Dalam renovasi dan perbaikan masjid ini, peran serta masyarakat tampak begitu tinggi. Sebagaimana dituturkan Abdul Baqir Zein dalam Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, perbaikan dan perluasan masjid raya ini melibatkan seluruh elemen masyarakat.


Banyak hal yang diperbaiki, mulai dinding bangunan, tiang masjid, kubah, hingga sebagainya. Untuk tiang saka guru yang terdiri atas empat buah tiang, disediakan oleh Datuk Empat Suku (kepala-kepala adat). Sedangkan, tiang tuanya disediakan oleh Sayid Osman Syahabudin. Sayid Osman adalah menantu Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah yang menjadi imam besar sejak awal berdirinya Masjid Alam.


Sementara itu, elemen masjid lainnya, yakni kubah, disediakan oleh Sultan Muhammad Ali. Kubah melambangkan bahwa sultan adalah pucuk pimpinan dalam pemerintahan; Datuk Empat Suku mencerminkan tiang pemerintahan (pemegang adat); ulama laksana tiang yang menopang jalannya syariat; dan masyarakat umum adalah darah dan daging pemerintahan. Itu semua melambangkan kebersamaan dan kesatuan antara penguasa, ulama, pimpinan adat, dan masyarakat.


Setelah renovasi pertama selesai, masjid yang bernama asli Masjid Alam tersebut menjadi lebih bagus dan besar. Usulan untuk mengganti nama masjid kemudian menggelinding hingga ke telinga Sultan. Maka, disepakatilah untuk memberikan nama tambahan menjadi Masjid Nur Alam.




Pekanbaru bermula



Masjid yang berdiri di luas tanah tanah sekitar setengah hektare ini, memiliki nilai arsitektur tradisional yang amat menarik. Bangunan religius yang merupakan peninggalan kerajaan Siak Sri Indrapura dan merupakan masjid batu pertama yang dibangung di Pekanbaru. tdak banyak orang mengetahui, komplek masjid inilah nama Pekanbaru bermula.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah (1766-1779), komplek kerajaan ini mengalami kemajuan pesat. Sebagai sebuah pusat pemerintahan, dibangunlah sarana pendukung ekonomi berupa pasar. Islam dalam catatan sejarawan, banyak disebarkan oleh kalangan pedagang. Pasar yang saat itu disebut sebagai Pekan sudah ada sebelumnya di komplek itu. Bangunan pasar baru itu saat itu dinamakan sebagai Pekan Baharoe. Pada perkembanganya, kelaziman nama itu menjadi Pekanbaru dan menjadi nama kota ini hingga kini.
Masjid sebagai pusat kebudayaan Islam kental sekali terlihat. Seperti pada zaman awal islam, masjid juga digunakan sebagai tempat untuk mengambil sumpah bagi orang yang akan memeluk agama dan keyakinan islam.




Kawasan Pusat Budaya Melayu dan Kegiatan Islam



Kedepan, masjid bersejarah yang sedang dipugar ini akan difungsikan sebagai pusat kajian dan kebudayaan melayu Islam. Sebuah Islamic centre akan dibangun. Dengan pembebasan tanah seluas 3,5 hektare, komplek Islamic Center ini akan mengakomodir kebutuhan bermasyarakat umat Islam secara luas.



Gedung serbaguna, pasar, pelabuhan hingga amphitheater akan dibangun guna mesukseskan tujuan revitalisasi masjid ini. 3 zona terbagi dalam rancang bangun kawasan masjid. Zona satu berupa Masjid sebagai tempat ibadah. Zona dua berupa Islamic center mewakili balai kerapatan, dan zona tiga adalah pelabuhan mewakili area istana. Ketiga zona tersebut, menurut pengurus masjid merupakan perwujudan filosofi tiga berpilin yang menjadi nafas kerajaan melayu.

Terletak tak jauh dari pusat perbelanjaan Pasar Bawah di Kecamatan Senapelan, di komplek masjid saksi dari penyebaran awal agama islam ini terdapat kompleks makam pendiri Kota Pekanbaru, Marhum Bukit,Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) dan Marhum Pekan, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Sultan Siak ke-5). Disamping masjid juga terdapat sebuah sumur bertuah yang digunakan dahulunya untuk berwudhu .Selain tempat ibadah, pada bulan tertentu, Masjid Raya juga dijadikan salah satu objek wisata religius andalan kota Pekanbaru. Wisatawan domestik maupun luar negeri acapkali berkunjung ke masjid itu.
aya pernah baca mengenai rencana revitalisasi pengembalian wilayah kompleks masjid raya Nur Alam ini seperti dulu, wilayah akan diperluas dari jalan senapelan, pasar bawah hingga tepi sungai Siak sana, nanti selain masjid, juga akan ada kompleks islamic centre, menara masjid, perpustakaan, theater rakyat hingga pelabuahan.

Perombakan/pembaharuan saat ini, tetap mengikut kepada desain lama. Desain mesjid mengikuti arsitektur Turki dengan menyesuaikan desain mesjid lama. Pembaharuan dilakukan terutama pada bagian kubah yang berarti kubah lama dihancurkan untuk diganti dengan kubah baru. Perluasan areal shalat difokuskan pada pekarangan mesjid dan area parkir basement yang dapat dialih-fungsikan menjadi area shalat. Direncanakan Mesjid Raya dan pekarangannya dapat menampung sekitar 3.500 jamaah.
... Lihat Selengkapnya
Jadi yang dihancurkan adalah kubah dan dinding perombakan terakhir, (bukan dinding asli bagian dalam) untuk diganti baru.

Kubah yang berwarna hijau kemarin itu juga termasuk yang baru, sebelumnya masjid raya Nur Alam ini punya kubah yang lebih kecil .

Dalam desain saat ini, tidak menghilangkan "Tiang Seri" dan "Tiang Tua" serta dinding mesjid yang asli (bukan dinding luar yang juga merupakan hasil perombakan sebelumnya).

Bangunan baru yang akan dibuat adalah menara/minaret bagian utara mendekat pojok barat setinggi 6666 cm atau 66,66 meter sesuai jumlah ayat dalam Al-Qur'an. Menara akan memiliki balkon untuk pengunjung pada ketinggian 35 meter.
Bagian lain yang dipertahankan adalah Sumur Tua yang tetap dipergunakan sebagai sumber air bagi mesjid. Dan tentu saja Makam Pendiri Kota Pekanbaru tidak akan diganggu gugat.



Prosesi adat mandi menjelang bulan puasa Mandi Balimau adalah salah satu tradisi menjelang ramadhan yang oleh pemerintah setempat dijadikan salah satu andalan sektir wisata. Mandi menjelang bulan ramadhan juga dikenal dibeberapa tempat lain.


Dalam tradisi jawa, tradisi mandi yang diadaptasi dari kebiasaan pada sebelum Islam itu dikenal sebagai padusan. Berbeda dengan padusan, mandi balimau menggunakan beberapa jenis rempah, akar-akaran, dan buah limau sebagai campuran air. Mandi balimau yang didaerah Kampar dinamakan dengan Belimau Kasai ini kemudian dikemas sebagai agenda wisata dan dkenal sebagai ôetang Megang.


Peziarah dan pengunjung maupun wisatawan dalam maupaun dan luar negeri, acapkali datang berkunjung. Peziarah dari berbagai penjuru umumnya datang untuk berdoa di komplek makam Sultan Siak. Menurut Dadang, yang juga mengurus komplek makam. Komplek makam memang terbuka untuk peziarah umum. ôAsal tidak macam-macam dan menjurus kepada syirikö ujarnya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kris Hadiawan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger