sumber : butang emas
Ada beberapa versi sejarah mengenai asal-usul nama negeri Singapura. Nama yang dianggap paling tua ialah Pulau Ujung. Dalam bahasa Cina disebut Pu-lo-chung. Tak lama kemudian, negeri ini disebut pula dengan nama Salahit atau selat.
Dalam hikayat Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, Singapura dikenal dengan Negeri Selat. Dalam perkembangan selanjutnya, negeri ini disebut juga dengan Temasik atau Tumasik yang berarti Hutan rawa.
Lalu, bagaimana kisahnya?
Apabila Raja Sri Tri Buana membuat negeri di Temasik, maka Wan Sri Beni
itu pun ikut pindah. Adalah nama Singapura itu mula-mulanya Temasik.
Syahdan, ketika Raja Sri Tri Buana sedang menebas hutan, terlintaslah
dihadapannya seekor binatang seperti singa, lalu binatang itu
menghilang. Maka jadilah negeri itu digelar Singapura mengambil nama
sempena binatang yang melintas tersebut adanya.
Tiada berapa lama kemudian mangkatlah Wan Sri Beni dan dikuburkan di
Bukit Singapura. Lalu mangkat pulalah Demang Lebar Daun dan Menteri Ria
Buah Pala. Sekira dua tahun kemudian mangkat pula Baginda Raja Sri Tri
Buana dan dikuburkan juga di Bukit Singapura tiada jauh dari kuburan Wan
Sri Beni.
Setelah mangkat, Raja Tri Buana digantikan pula oleh puteranya bernama
Sri Pekrama Wira. Sri Pekrama Wira mempunyai pula seorang saudara
bernama Raja Kecil Muda, maka dijadikannya menteri besar di gelar
Bendahara Tun Permata Muka Berjabar. Maka Sri Pekrama Wira inilah yang
mula-mula membuat kepada sebutan Bendahara yang mempunyai kuasa
memerintah segala menteri-menteri di bawah takhta kerajaan.
Kemudian mangkat pula Sri Pekrama Wira ini, maka digantikan oleh
puteranya yang bernama Raja Muda bergelar Sri Ratna Wikrama dan
bendaharanya adalah anak dari Tun Permata Muka Berjabar. Pada semasa
inilah di dalam negeri muncul seorang dari rakyatnya yang sangat perkasa
dam kuatnya yang dapat mencabut pokok kayu besar-besar sekira dua-tiga
pelukan manusia dewasa. Nama hamba rakyat itu adalah BADANG.
Sebagai raja berikutnya adalah Damiya Raja, putera dari Sri Pekrama
Wira, yang bergelar Sri Maharaja. Kononnya dalam pemerintahan Sri
Maharaja inilah negeri Singapura mendapat musibah, yakni dilanggar oleh
beribu-ribu ikan todak, maka banyaklah rakyat yang terbunuh. Hal ini
dikarenakan sang raja membunuh seorang ulama yang bernama Tuan Zainal
Al-Khatib. Kemudian turunlah bala’ itu.
Kemudiannya setelah mangkat Sri Maharaja, digantikan oleh puteranya yang
bernama Raja Iskandar Syah. Dan pada ketika inilah Kerajaan Mojopahit
datang menyerang mengalahkan Kerajaan Singapura. Adalah sebabnya Raja
Iskandar Syah ini mempunyai seorang gundek, anak dari menterinya yang
bernama Sang Rajuna Tapa bergelar Penghulu Bendahari. Kononnya gundeknya
itu ada “bermain†dengan seorang laki-laki. Maka murkalah sang Raja,
tanpa usul periksa, langsung dibunuh. Sementara sang ayah yaitu Sang
Rajuna Tapa tidak terima karena anaknya dibunuh begitu saja. Lalu Sang
Penghulu Bendahari ini meminta bantuan kepada Kerajaan Mojopahit untuk
membalaskan sakit hatinya. Tiada berapa lama kemudian, dikarenakan juga
sebelumnya Mojopahit berseteru dengan Singapura, dengan adanya jalan itu
datanglah menyerang pasukan dari Mojopahit ini dan kalahlah Singapura.
Lalu Raja Iskandar Syah melarikan diri ke Melaka dan memperbuat pula
kerajaan di Melaka. Sejak saat itulah Kerajaan Singapura runtuh. Maka
tercatat dalam sejarah kerajaan Melayu Singapura itu hanya sampai kepada
lima keturunan.
Sri Pekrama Wira. Sri Pekrama Wira mempunyai pula seorang saudara
bernama Raja Kecil Muda, maka dijadikannya menteri besar di gelar
Bendahara Tun Permata Muka Berjabar. Maka Sri Pekrama Wira inilah yang
mula-mula membuat kepada sebutan Bendahara yang mempunyai kuasa
memerintah segala menteri-menteri di bawah takhta kerajaan.
Kemudian mangkat pula Sri Pekrama Wira ini, maka digantikan oleh
puteranya yang bernama Raja Muda bergelar Sri Ratna Wikrama dan
bendaharanya adalah anak dari Tun Permata Muka Berjabar. Pada semasa
inilah di dalam negeri muncul seorang dari rakyatnya yang sangat perkasa
dam kuatnya yang dapat mencabut pokok kayu besar-besar sekira dua-tiga
pelukan manusia dewasa. Nama hamba rakyat itu adalah BADANG.
Sebagai raja berikutnya adalah Damiya Raja, putera dari Sri Pekrama
Wira, yang bergelar Sri Maharaja. Kononnya dalam pemerintahan Sri
Maharaja inilah negeri Singapura mendapat musibah, yakni dilanggar oleh
beribu-ribu ikan todak, maka banyaklah rakyat yang terbunuh. Hal ini
dikarenakan sang raja membunuh seorang ulama yang bernama Tuan Zainal
Al-Khatib. Kemudian turunlah bala’ itu.
Kemudiannya setelah mangkat Sri Maharaja, digantikan oleh puteranya yang
bernama Raja Iskandar Syah. Dan pada ketika inilah Kerajaan Mojopahit
datang menyerang mengalahkan Kerajaan Singapura. Adalah sebabnya Raja
Iskandar Syah ini mempunyai seorang gundek, anak dari menterinya yang
bernama Sang Rajuna Tapa bergelar Penghulu Bendahari. Kononnya gundeknya
itu ada “bermain†dengan seorang laki-laki. Maka murkalah sang Raja,
tanpa usul periksa, langsung dibunuh. Sementara sang ayah yaitu Sang
Rajuna Tapa tidak terima karena anaknya dibunuh begitu saja. Lalu Sang
Penghulu Bendahari ini meminta bantuan kepada Kerajaan Mojopahit untuk
membalaskan sakit hatinya. Tiada berapa lama kemudian, dikarenakan juga
sebelumnya Mojopahit berseteru dengan Singapura, dengan adanya jalan itu
datanglah menyerang pasukan dari Mojopahit ini dan kalahlah Singapura.
Lalu Raja Iskandar Syah melarikan diri ke Melaka dan memperbuat pula
kerajaan di Melaka. Sejak saat itulah Kerajaan Singapura runtuh. Maka
tercatat dalam sejarah kerajaan Melayu Singapura itu hanya sampai kepada
lima keturunan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.