Pages

Wednesday, February 24, 2010

Riau Al Munawwarah , Bumi Melayu Lancang Kuning

Sejarah Melayu Riau
Riau Province and Riau Islands Province






Bumi Melayu Lancang Kuning, Bumi Segantang Lada, Bumi Gurindam dan Negeri Pantun


Serentak menyusun jemari
Salah dan khilaf maaf diberi
Kain songket melayu berseri
Tenunan asli karya anak negeri


Langkahnya rentak bermawah
sepuluh jari menjunjung marwah
Bagai tersirat banyak faedah
Punya sejarah Negeri Bertuah


Negeri bertuah rajut bertingkah
Adat dan resam berdiri megah
Langkah melayu junjung berarah
Lantunan budaya mengukir sejarah


Tuah Sakti Hamba Negeri
Esa Hilang Dua Terbilang
Patah Tumbuh Hilang kan Berganti
Takkan Melayu Hilang di Bumi


Sri Bintan menyeluruh ke Payung Sekaki
Rokan Kampar bergema hingga Inderagiri
Dari Hulu Kuantan hingga Hilir Natuna
Terbentang Riau Gegap Gempita



Salam Ta'zim. Riau berada di garda terdepan dalam menjaga tradisi dan budaya Melayu di Indonesia. Bahasa pengantar di provinsi ini adalah Melayu. Perkembangan kebiasaan dan hidup di provinsi ini adalah adat istiadat Melayu, yang mengatur segala kegiatan dan perilaku penduduk Syari'ah Islam. Penduduk terdiri dari orang Melayu Riau dan berbagai suku lainnya, mulai dari Bugis, Banjar, Mandahiling, Batak, Jawa, Minangkabau, dan China.

Uniknya, di provinsi ini masih ada kelompok masyarakat/suku terasing, antara lain:

1. Suku Sakai: kelompok etnis yang tinggal di beberapa daerah seperti Kampar, Bengkalis, Dumai:

2. Suku Talang Mamak: tinggal di Kabupaten Indragiri Hulu dengan daerah distribusi mencakup tiga kabupaten: Pasir Penyu, Siberida, dan Rengat:


3. Suku Akit: kelompok sosial yang tinggal di kawasan hutan Kabupaten Long Rupat, Kabupaten Bengkalis:


4. Suku Hutan: suku asli yang mendiami daerah Selat Baru dan Jangkang di Bengkalis, dan juga membuat desa di Pulau Rangsang Kabupaten Sokap Ridge Tinggi Merbau dan menghuni sungai-sungai dan Kuala Kampar Apit.


5. Suku Laut di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau.


Dari sumber-sumber sejarah mencatat bahwa di masa lalu, di Riau (sekarang Provinsi Riau) telah datang gelombang migrasi nenek moyang Indonesia. Gelombang pertama migrasi menunjukkan karakteristik ras Weddoid yang datang sesudah zaman es terakhir. Ras adalah ras pertama yang menghuni nusantara. Sisa-sisa leluhur gelombang pertama dari ras ini masih ada saat ini dan kelompok terpisah di Riau. Mereka disebut Orang Sakai, Hutan, dan The Citadel. Sisa-sisa nenek moyang sering disebut orang pribumi sekarang tidak jumlah besar lagi. Orang Sakai yang mendiami Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Kampar dan Mandau, Kabupaten Bengkalis hanya berjumlah 2.160 jiwa. Orang-orang yang mendiami Pulau Penyalai hutan, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Kampar berjumlah 1.494 jiwa

Candi Muara Takus


Pada periode 2500-1500 SM, datang gelombang migrasi dengan ciri-ciri ras Melayu pertama yang disebut Proto-Melayu. Kelompok-kelompok ini mendukung penyebaran kebudayaan zaman Batu Baru ke pulau Sumatra melalui Semenanjung Melayu. Waktu mereka masih ada di Riau sampai sekarang, yang disebut Orang Talang Mamak dan Orang Laut. Talang Mamak orang-orang yang sekarang mendiami kabupaten dan kecamatan Pasir Penyu Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu berjumlah 3.276 jiwa (tahun 1980). Orang-orang yang mendiami laut dan Sub Sub RETEH MANDAH di Indragiri Hilir dan Kecamatan Tambelan di Kabupaten Kepulauan Riau berjumlah 2.894 jiwa. Selain itu ada kelompok-kelompok asli lainnya, yaitu orang-orang yang mendiami kabupaten Akit Rupat, Bengkalis, Mandau, dan Tebing Tinggi di Kabupaten Bengkalis, yang semuanya berjumlah 11.625 jiwa.


Jejak-jejak kehidupan manusia dari zaman homo sapiens kuno atau Pithecanthropus, sekitar 10 thousand untuk 40 ribu tahun yang lalu, ditemukan di Kuantan, Propinsi Riau. Jejak kehidupan sebagaimana dibuktikan oleh temuan-temuan dari sebuah kapak dan fosil kayu.


Gelombang migrasi ras Melayu kedua datang setelah tahun 1500 SM dan disebut kelompok Deutro-Melayu. Kedatangan mereka menyebabkan orang Proto Melayu ke pedalaman dan sisanya bercampur dengan pendatang baru. Proses berikutnya membuat orang-orang Deutro-Melayu bercampur dengan pendatangpendatang lain datang dari seluruh penjuru negeri. Hasil pencampuran ini melahirkan kelompok-kelompok etnis Melayu Riau. Mereka adalah penduduk mayoritas di Provinsi Riau seluas 94.568 km2. *)



Jejak-jejak kehidupan manusia dari zaman homo sapiens kuno atau Pithecanthropus, sekitar 10 thousand untuk 40 ribu tahun yang lalu, ditemukan di Kuantan, Propinsi Riau. Jejak kehidupan sebagaimana dibuktikan oleh temuan-temuan dari sebuah kapak dan fosil kayu.

Pengembangan kelompok-kelompok etnis ini tumbuh Melayu Riau beberapa sub-sukubangsa, seperti sub-sukubangsa Melayu Siak, Melayu Bintan, Melayu Rokan, Melayu Kampar, Melayu Kuantan, Indragiri dan Melayu. Meskipun ada sub-kelompok etnis, bahasa Melayu tetap menjadi bahasa utama di Riau. Bahkan penggunaannya meluas ke seluruh nusantara. Bahasa Melayu Riau dialek dapat dibedakan menjadi Melayu Kepulauan, dialek Melayu Pesisir, dan dialek Melayu Riau daratan. Dialek pertama dari subdialek Tambelan, Tarempa, Bunguran, Singkep, Jaafar, dan lain-lain. Kedua dialek subdialek Kampar, Rokan, Kuantan, Batu Rijal, Peranap, dan lain-lain. Selain itu terdapat bahasa masyarakat pribumi, seperti bahasa Sakai, bahasa Orang Laut, bahasa Akit, dan bahasa Talang Mamak.


RHasil kajian Hasan Junus, seorang peneliti naskah Melayu di Riau mencatat paling kurang ada 3 kemungkinan asal nama Riau. Pertama troponomi Riau berasal dari penamaan orang portugis dengan kata Rio yang berarti sungai. Kedua mungkin berasal dari tokoh sinbad Al-bahar dalam kitab Alfu Laila Wa laila (seribu satu malam) yang menyebut Riahi,yang berarti air atau laut. Yang ke dua ini pernah di kemukakan oleh Oemar amin Husin. Seorang tokoh masyarakat dan pengarang Riau dalam salah satu pidatonya mengenai terbentuknya propinsi Riau. Yang ketiga berasal dari penuturan masyarakat setempat.

Di angkat dari kata Rioh atau Riuh, yang berarti ramai,Hiruk pikuk orang bekerja. Nama Riau yang berasal dari penuturan orang melayu setempat, kabarnya ada hubungannya dengan peristiwa didirikannnya negeri baru di sungai Carang, Untuk dijadikannya pusat kerajaan. Hulu sungai inilah yang kemudian bernama Ulu Riau. Adapun peristiwa itu kira-kira mempunyai teks sebagai berikut:

Tatkala perahu-perahu dagang yang semula pergi ke makam Tuhid (ibu kota kerajaan johor) di perintahkan membawa barang dagangannya ke sungai Carang di pulau Bintan (suatu tempat Sedang didirikan negeri baru) di muara sungai itu mereka kehilangan arah. Bila ditanyakan kepada awak-awak perahu yang hilir, “ dimana tempat orang-orang raja mendirikan negeri ?” mendapat jawaban “Di sana di tempat yang rioh”, Sambil mengisaratkan ke hulu sungai menjelang sampai ketempat yang di maksud jika di tanya ke mana maksud mereka, selalu mereka jawab “mau ke rioh”

Berdasarkan beberapa keterangan di atas maka nama Riau besar kemungkinan memang berasal dari penamaan rakyat setempat, yaitu orang melayu yang hidup di daerah Bintan. Nama itu besar kemungkinan telah mulai terkenal semenjak Raja kecik memindahkan pusat kerajaan melayu dari johor ke ulu Riau pada tahun 1719. Setelah itu nama ini di pakai sebagai salah satu negeri dari 4 negeri utama yang membentuk kerajaan Riau, Linggar, Johor dan pahang,. Kemudian dengan perjanjian London 1824 antara Belanda dengan Inggris, kerajaan ini terbelah dua.

Belahan Johor, Pahang berada di bawah pengaruh Inggris,Sedangkan belahan Riau-Lingga berada dibawah pengaruh Belanda. Dalam Zaman Penjajahan belanda 1905-1942 nama Riau di pakai untuk sebuah keresidenan yang daerahnya meliputi kepulauan Riau serta Pesisir timur sumatera bagian tengah. Demikian juga dalam zaman Jepang relatif masih di pertahankan. Setelah propinsi Riau terbentuk tahun 1958, Maka nama itu di samping di pergunakan pula untuk nama sebuah propinsi yang penduduknya dewasa itu sebagian besar terdiri dari orang melayu.

Propinsi Riau yang di diami oleh sebagian puak Melayu dewasa ini masih dapat di telusuri ke belakang,Mempunyai suatu perjalanan yang cukup panjang. Riau yang daerahnya meliputi Kepulauan Riau sampai Pulau tujuh dilaut Cina selatan lalu kedaratan Sumatera meliputi daerah aliran sungai dari Rokan sampai Kuantan dan Inderagiri.

Sebenarnya juga telah pernah di rintis oleh sang Sapurba, seorang diantara raja-raja Melayu yang masih punya kerinduan terhadap kebesaran Melayu sejak dari Sri Wijaya sampai Malaka. Seperti di ceritakan dalam sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) dalam cerita yang kedua, sang Sapurba telah mencoba menyatukan daerah Bintan (kepulauan Riau) dengan Kuantan di belahan daratan Sumatera. Kemudian Raja Kecil juga punya ambisi untuk menyatukan daerah Selat Melaka itu dengan Siak di belahan Sumatera. Yang terakhir Raja Haji Fisabilillah mencoba menyatukan daerah kepulauan Riau dengan Inderagiri, Diantaranya Pekan Lais.

Pembentukan Provinsi Riau telah memerlukan Waktu paling kurang 6 tahun, Yaitu dari tahun 1952 sampai 1958. Usaha pembentukan propinsi ini melepaskan diri dari propinsi Sumatera Tengah (Yang meliputi Sumatera Barat, jambi dan Riau ) di lakukan di tingkat DPR pusat oleh ma’rifat Marjani, Dengan dukungan penuh dari seluruh penduduk Riau.

Pembentukan Propinsi ini telah di tetapkan dengan undang-undang darurat No 19/1957 yang kemudian di undangkan dengan Undang-Undang No 61 tahun 1958. Propinsi Riau ini merupakan gabungan dari sejumlah kerajaan Melayu yang pernah berdri di rantau ini, diantaranya ialah kerajaan Inderagiri (1658-1838), Kerajaan Siak (1723-185 Kerajaan Pelalawan (1530-1879), Kerajaan Riau-Lingga (1824-1913) dan banyak lagi kerajaan kecil lainnya,Seperti Tambusai, Rantau Binuang Sakti, Rambah, Kampar dan Kandis (Rantau Kuantan).

Dalam Sejarahnya , daerah Riau pernah menjadi penghasil berbagai hasil bumi dan barang lainnya. Pulau Bintan pernah di juluki sebagai pulau seganteng lada, karena banyak menghasilkan Lada. Daerah Pulau tujuh, terutama pulai Midai pernah menjadi penghasil Kopra terbesar di Asia tenggara,paling kurang sejak tahun 1906 sampai tahun 1950-an. Bagan siapi-api sampai tahun 1950-an adalah penghasil ikan terbesar di Indonesia, Batu bata yang di buat perusahaan raja Aji kelana di pulau Batam,pasarannya mencapai Malaysia sekarang ini. Kemudia dalam bidang penghasil karet alam, dengan sisitem kupon tahun 1930-an belahan daratan seperti Kuantan,Inderagiri dan kampar juga daerah yang amat potensial.
Wilayah Rumpun Melayu Riau



Dimana Wilayah Riau itu tersebut dalam sebuah syair melayu berikut ini

Lurus adat sambung lembaga
Melebah luas ranak samudera
Ukuran negeri Selatan – Utara
Ranah Kuantan hingga Natuna


Betapa nian rayanya suku
Timur dan Barat harkat bersatu
Jazirah memanjang si dari Kuntu
Hingga ke Siak bersusun mutu


Melayu adalah sebuah rumpun besar. Bukan suku atau ras apalagi agama.
Dahulu Kerajaan Melayu amatlah besar, kuat dan disegani oleh lawan-lawannya. Ketika Belanda akan masuk menguasai rempah-rempah di Asia Tenggara, Belanda khawatir berhadapan dengan rumpun Melayu ini. Belanda yakin akan kalah. Mulailah politik pecah belah dilakukan. Disebar isu Melayu Bodoh, Melayu Pemalas, Melayu Perajuk. Oleh yang tidak mau dicap seperti itu mereka mengganti identitasnya. Maka bermunculan kelompok yg menyatakan kami Batak, kami Minang, Kami Aceh, dll.
Hanya Riau yg tetap komit dengan identitasnya sebagai orang Melayu. Dan terbukti, pada hari ini orang melayu (Riau) sukses dalam membangun negerinya menjadi yang terbilang, cemerlang, dan gemilang. Mari bersatu membangun marwah membangun negeri


Sumber : Berbagai sumber

Foto : Attayaya, http://melayuonline.com

2 comments:

  1. "melayu bodoh, melayu pemalas,"

    label yang sama juga diberikan oleh sebilangan pihak di malaysia (anehnya dari kalangan melayu itu sendiri)

    sehingga kemuncaknya ada artis yang menaiki pentas semasa menerima anugerah seni lakon, terucap dari mulutnya dengan berkata ,"I feel stupid speaking in Malay".

    diucap dengan nada berseloroh, tapi ianya adalah simbol betapa terhakisnya jatidiri pada anak muda. artis itu adalah generasi ke-4 selepas Malaysia merdeka.

    Kita adalah serumpun. Kita pernah menguasai dunia. Anda dari Indonesia. Saya dari Malaysia. Penghubungnya adalah Melayu. Banyak cerita yang kita semua dengar adalah yang buruk-buruk sahaja dari kedua-dua belah pihak.

    Yang asalnya Indonesia membenci Malaysia.

    Yang asalnya Malaysia membenci Indonesia.

    Saling membenci sahaja di antara kita.

    Bukankah ini adalah dogma pemikiran yang ditanam oleh penjajah kita? Portugis, Belanda dan British mencorakkan dasar pecah dan perintah.

    Dan inilah yang berlaku.

    Mungkin penyelesaiannya ada di Bumi Segantang Lada :)

    p/s: tahniah di atas penulisan yang menyegarkan. artikel anda mengingatkan saya pada sejarah nenek moyang yang semakin dilupakan.

    -salam dari malaysia-

    ReplyDelete
  2. Assalammualaikum wwb.,

    Terimakasih encik tuan yang telah sudi meluangkan waktu berkunjung ke laman saya ini, Alhamdulillah sampai saat ini saya dan kami warga Riau tetap satu dalam menjunjung adat dan budaya melayu serumpun.

    Saya, seorang Indonesia yang tiada seperti orang-orang kebanyakan yang hanya memandang negara-negara serumpun atas piciknya fikiran dan provokasi-provokasi emosi belaka.


    Saya menegakkan kembali budaya melayu serumpun dalam laman saya ini agar kita (Indonesia dan Malaysia) khususnya RIAU dan MALAYSIA tetap terjalin silaturahmi dianatara kita karena hubungan emosional yang dimiliki Riau dengan Malaysia lebih kuat. Dan Riau adalah jembatan penghubung baik antara Indonesia dan Malaysia.


    Kita mestilah bersatu dan jangan mudah terpecah. Kita mesti bahu-membahu membangun bangsa dan negara kita dan jangan lagi ada angkara murka serta caci maki.


    Riau adalah satu-satunya negeri di Indonesia yang tetap setia teguh menjunjung adat dan budaya Melayu dan mengembangkan budaya Melayu sebagai bahagian kehidupan sosial masyarakat luas yang dinamis dan tetap mengikuti zaman.


    Tahniah, Salam hangat dari saya di RIAU untuk MALAYSIA :-)

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.