Pages

Saturday, November 14, 2009

Gedung Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Riau Soeman Hs, Kebangkitan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Provinsi Riau

Perpustakaan Daerah Terbesar dan Termegah di Indonesia




SOEMAN HS Library (6 storeys)


Gedung Perpustakaan dan Arsip Nasional Perpustakaan Soeman HS di kota Pekanbaru Riau.Perpustakaan yang memiliki 6 lantai dibangun untuk memenuhi fasilitas publik berupa perpustakaan daerah yang pada waktu itu di Riau belum memiliki gedung representatif. Dengan APBD Riau lebih dari 150 miliar pada gerakan pendidikan Riau Membaca untuk menunjukkan kebangkitan ilmu pengetahuan berbasis budaya melayu dengan nuansa keagamaan yang didukung oleh teknologi canggih.






Gedung perpustakaan mewah yang mengambil nama tokoh sastrawan nasional Angkatan Pujangga Baru ,Bapak Soeman Hs, diresmikan oleh wakil presiden Jusuf Kalla dan Gubernur Riau H. Wan Abu Bakar di tahun 2008. Dan pada saat pembangunannya, oleh Gubernur Riau HM Rusli Zainal ditancapkanlah paku emas untuk menandai awal pembangunannya :)



Bangunan mewah arsitektur modern tropis menyerupai rehal (bangku kecil untuk membaca Alquran) atau buku yang sedang terbuka, memiliki kapasitas tempat duduk masing-masing lantai 1.000 pengunjung. Library ini menggabungkan arsitektur moderen dan arsitektur khas melayu, karena pemerintah provinsi Riau juga ingin menghidupkan kembali budaya seni dan arsitektur melayu di zaman modern ke kancah dunia. Hal ini dapat dilihat pada ukiran-ukiran khas melayu dan setiap sudut bangunan seperti pilar dasar untuk mendukung bangunan megah yang mengilhami pilar dasar rumah tradisional khas melayu.


Perpustakaan ini memiliki fasilitas lengkap:) mulai dari ruang kaca, perpustakaan umum, children room, student room, ruang pendidikan, auditorium, bilik melayu dengan literatur lengkap, atrium, ruang pertemuan, ruang kedap suara untuk ruang diskusi, ruang audio visual, CCTV, Internet kamar, WiFi di setiap kamar, masjid kecil, kafe, kantin, sampai gaya toiletnyapun hotel bintang lima!.

Karena keunggulannya perpustakaan ini dijadikan sebagai E-Pilot project Perpustakaan Nasional di Indonesia





Monumen Runtuhnya Kehidupan Demokrasi Rakyat Riau


Selain sebagai simbol bangkitnya dunia pendidikan dan budayamelayu Riau di era teknologi terbaru dan globalisasi, di depan gedung perpustakaan juga dibangun sebuah monumen untuk mengenang kembali sejarah dan penindasan keterpurukkan kehidupan demokrasi rakyat Riau pada era Orde Baru. Selain terkekangnya kehidupan demokrasi berupa aspirasi rakyat Riau juga telah terjadi sebuah peristiwa ketika putra daerah Riau tertindas di negeri sendiri oleh pemerintah Orde Baru pada waktu itu. Bukan hanya kehidupan demokrasi, tetapi juga kehidupan pendidikan, budaya dan kesejahteraan sosial jauh tertinggal pada waktu itu. Jadi, bahwa pembangunan daerah tidak merata Riau. Nama Monumennya ialah Monumen Hilangnya Demokrasi Rakyat Riau.
 Dekat sama kantor Gubernur Provinsi Riau




Sampai sekarang perpustakaan Soeman HS yang sekarang menjadi landmark / ikon baru kebangkitan pendidikan dan wisata pendidikan provinsi Riau, sehari dapat dikunjungi hingga 1000 orang baik dari dalam maupun luar daerah itu sendiri,

Sampai April 2009 dan jumlah anggota aktif lebih dari 20.358 orang dan mereka dapat mengakses sekitar 72.259 buku, yang berjumlah 213.432 ([URL = "http://melayuonline.com/ind/news/read/7652/perpustakaan-soeman- hs-tujuan-tur-baru-di-pekanbaru "] data 2009 [/ URL], sampai sekarang tidak ada kemungkinan untuk meningkatkan close)

kalau kamu ke Pekanbaru, jangan lupa untuk mengunjungi Perpustakaan Riau Soeman HS.au Library yaah . :)


Mimpi-mimpi di Perpustakaan Soeman Hs.
Oleh: Fakhrunnas MA Jabbar

GEDUNG Perpustakaan Daerah Soeman Hs (PDS) yang me-gah, patutlah jadi ikon Provinsi Riau. Tak banyak daerah yang menempatkan pusat baca dan intelektual persis di pusat kota yang strategis dan bergengsi.

Hal ini sejalan dengan kemegahan dunia tulis-menulis di masa silam di masa kejayaan kesultanan Melayu yang berpusat di pelintasan Selat Melaka.

Terus terang, banyak orang luar yang iri ketika melihat langsung bagaimana Pemerintah Provinsi Riau di bawah kepemimpinan HM Rusli Zainal memberikan perhatian khusus pada sebuah perpustakaan. Bisa dibayangkan, berapa besar dana yang harus disediakan untuk mewujudkannya. Bak gayung bersambut, PDS yang kini di bawah kepemimpinan Naili Saidi terus berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi para pengguna.

Penambahan jam buka PDS sampai pukul 21.00 malam, jelas menunjukkan komitmen menjadikan pustaka daerah sebagai pusat intelektual yang berintegrasi dengan fasilitas layan lainnya. Susana hari-hari pustaka daerah memperlihatkan sebuah komunitas plural dari berbagai kalangan.

Di PDS selain menyediakan fasilitas buku-buku bacaan yang mendominasi ruang di empat lantai yang ada juga ada ruangan baca anak-anak dan cafe makanan dan minuman Kimteng di lantai satu. Kafe ini selalu ramai menjadi tempat rendesvouz banyak kalangan. Setidak-tidaknya, kafe ini bisa menumbuhkan kecintaan orang pada pusat buku dan bacaan pada tahap pengenalan akan perpustakaan.

Di lantai yang sama, ada ruangan serial yang menyediakan bacaan suratkabar dan majalah yang menyajikan edisi terbaru setiap hari. Kombinasi fasilitas bacaan bagi orangtua dan anak-anak terpadu begitu baik bila melakukan kunjungan di waktu bersamaan. Di saat anak-anak bisa menikmati bahan bacaan yang tersedia di rak-rak yang tersusun rapi, para orang tua bisa membaca suratkabar dan majalah atau duduk santai menikmati secangkir teh atau kopi dengan menu makanan yang lain.

Saya termasuk salah seorang pengguna yang selalu berkampanye pada relasi agar menjadikan PDS sebagai titik kumpul. Setidak-tidaknya, meramaikan pustaka untuk kepentingan-kepentingan apa pun sepanjang bermanfaat merupakan upaya mendekatkan diri pada penegakan peradaban yang bernilai mulia. Ibarat lirik lagu : ...mulanya biasa saja, yang bisa berujung untuk menyinta tradisi gemar membaca atau memanfaatkan buku-buku.

Lebih dari itu, di setiap lantai, para pengunjung bisa menikmati fasilitas internet melalui wi-fi gratis guna mengakses berbagai website.Fasilitas internet itu memang kini dinikmati ratusan orang yang didominasi anak muda setiap harinya secara santai. Ada yang serius duduk di kursi dengan meja yang sangat representatif. Tapi, tak sedikit pula yang menikmati layanan internet sambil duduk bersila di antara sudut tiang di setiap lantai.

Sudah lama saya bermimpi bisa menikmati sebuah perpustakaan megah dan mewah seperti pustaka daerah ini. Sejak dulu, saya suka memberikan masukan bagi penanggungj awab PDS agar benar-benar bisa menjadi kebanggaan banyak orang di Tanah Melayu ini. Dulu, saya pernah menggagas agar disediakan bilik-bilik khusus bagi para kolektor buku yang selama ini hanya menyimpan buku-bukunya di perpustakaan pribadi di rumah-rumah.

Selama kolektor buku masih hidup atau masih ada anak keturunan yang memelihara ribuan buku itu, tentu tak ada masalah. Tapi, tak sedikit tokoh-tokoh di Riau menjadi kolektor buku, setelah mereka meninggal dunia, buku-bukunya tinggal sia-sia atau terlantar begitu saja di rak-rak yang mulai berdebu.

Bukankah lebih baik, ribuan buku di perpustakaan pribadi itu dihibah-titip ke PDS dengan diberikan ruang atau rak khusus. Saya bermimpi akan ada, ruang atau rak dengan nama Rustam S Abrus Corner, Nahar Effendy Corner, UU Hamidy Corner, Hasan Junus Corner dan masih banyak lagi. Betapa mulianya, upaya hibah-titip koleksi buku-buku itu karena bisa menjadi amal jariyah pahala yang terus berkelanjutan --bagi orang-orang yang sudah meninggal dunia sekali pun.

Mimpi saya yang lain, bagaimana PDS bisa menyediakan bilik pengarang atau penulis yang memberikan fasilitas bagi penulis-penulis Riau untuk berkarya di ruangan yang sejuk berpendingin apalagi ada dispenser air minum pula. Saya membayangkan bagaimana para pengarang menulis novel, cerita pendek atau letupan-letupan pemikiran tentang Tanah Melayu Riau di bilik itu.

Bilik pengarang atau penulis ini memberikan peluang besar bagi para pengarang Riau untuk mengangkat kembali setting cerita dari masa silam karena secara mudah mendapatkan dukungan referensi dari Bilik Melayu yang sudah tersedia.

Hal ini mengingatkan kita semua bagaimana tahun lalu, Pusat Bahasa memberikan peluang bagi 10 pengarang Indonesia menulis ulang versi modern naskah-naskah lama. Di antaranya Tuhfat al Nafis yang ditulis ulang oleh pengarang wanita Abidah El Khaliqie.

Bisa dibayangkan, bila apa yang ditulis oleh para pengarang Riau dalam rentang waktu tertentu sudah rampung, tentulah nama PDS tak akan pernah mereka lupakan. Realitas itu membangkitkan rasa gerun kita pada tradisi Rusdiyah Klab di Pulau Penyengat yang telah melahirkan banyak pengarang ternama di abad 19 silam.

Persoalannya, peraturan ketat yang membabi-buta sempat menciutkan nyali akan mimpi adanya Bilik Pengarang itu.

Kenapa tidak? Suatu hari, saya datang ke lantai tiga PDS tak jauh dari Bilik Melayu --dengan membawa tas berisi laptop dan perangkatnya. Petugas di lantai itu mencegat dan meminta tas dititipkan di tempat penitipan barang yang berjarak lumayan dengan kursi dan meja tempat menulis.

Saya berkilah, tak mungkin memisahkan tas dari laptop karena kelengkapan lain seperti baterai, CD, flashdisk, kacamata harus ikut serta.

Setelah berdialog, ketahuan bahwa pengunjung yang bawa tas dikhawatirkan akan mudah mencuri buku. Saya bilang bahwa saya tidak meminjam buku hanya duduk untuk menulis. Petugas-petugas itu tetap berkeras.

Padahal, mereka bisa lebih arif untuk menyediakan meja-kursi khusus bagi pengunjung yang hanya menggunakan laptop. Bagaimana mungkin Bilik Pengarang akan memberikan keleluasaan bagi pengarang untuk berkarya di PDS itu.

Banyak mimpi yang dapat tersembul saat menjelajahi ruang demi ruang atau lantai demi lantai PDS yang megah ini. Betapa banyak ruangan tersedia dengan jejeran kursi berupa auditorium. Ruang-ruang itu kini masih terasa bisu meski tak tuli. Sesungguhnya, banyak kegiatan berperadaban yang dapat digelar di ruang-ruang itu.

Bila Riau pernah digelari Negeri Sahibul Kitab, meski Bung Yusmar Yusuf masih mempertanyakan apa betul sudah begitu banyak kitab terlahir di negeri ini setelah melepas Provinsi Kepulauan Riau --tentulah ruang-ruang tadi tak akan pernah sepi dari acara peluncuran atau pembahasan buku-buku bermutu.

Namun, masih saja kini terdengar para pengarang yang berkeluh-kesah karena kesulitan untuk meluncurkan buku yang sudah diterbitkannya dengan keringat dan darah sendiri.

Padahal, PDS bisa memfasilitasi kesulitan para pengarang-pengarang itu. Bukankah PDS dibangun dengan dana besar dari APBD yang bersumber dari uang rakyat juga? Sejalan dengan itulah, saya pernah menyarankan bagaimana rakyat harus dipermudah menjadi anggota PDS. Kalau perlu tak usah bayar uang pendaftaran atau tahunan lagi karena negeri Riau ini memiliki dana pembangunan yang sangat besar dibanding provinsi-provinsi sekitarnya.***


Dari Pekanbaru Skyline




Interior

Lobby depan


Children Library


Lesehan untuk internetan/hotspotan





















Ruang Bedah Buku dan Pertemuan



Bilik Melayu, literatur budaya melayu




Auditorium





Converence room and Audio Visual



Another landmark of the pride of the people of Riau magnificent library building in Indonesia. In addition to the above features, this success was also due to Riau provincial government capable of with their own local budgets to build public facilities are luxurious and designated representative for the people of Riau alone.









Relief that tells Hs Soeman Library Development, Culture Riau Malays of rhymes, gurindam and poetry, history and achievements Riau Riau Development







Mudah-mudahan dengan adanya fasilitas, sarana dan prasarana yang lebih representatif, minat baca warga Indonesia semakin tinggi. Ini sudah dibuktikan di perpustakaan Soeman Hs, sejak adanya perpustakaan ini, minat baca warga Riau menjadi semakin tinggi. Harap ke depan semua daerah Indonesia juga memiliki hal yang sama.

5 comments:

  1. mantab bro... lengkap..... siip deh..
    mari bersama promosikan daerah kita dgn Blog.

    ReplyDelete
  2. kerenNNNNNNNN...jempollllllll abis Riau!!!!!

    ReplyDelete
  3. Itu ruang auditoriumnya, ngambil gambar auditorium sapa tu bro...

    ReplyDelete
  4. bener banget
    sayang cuma sempet mampir satu jam di perpus ini
    ...ah, bahkan perpus nasional di Jakartapun tidak semenarik ini.....
    andaikan saja ada petinggi pedidikan yg baca postingan ini.... betapa inginnya kami penduduk Jakarta punya yg seperti ini....

    salam

    ReplyDelete
  5. Wah, kemarin mampirnya sebentar skali? dalam rangka apa nih ke Pekanbaru nya? :)
    salam hangat semoga menjadi kunjungan yg menyenangkan :)

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.